Partisipasi kaum muda dalam mendorong perubahan menjadi salah satu fokus Partai Demokrat Kaltim. Terutama mendorong kaum muda untuk ikut berpartisipasi langsung dalam pemilihan legislatif (pileg) 2019. Di antaranya dengan mengusung para kader dan politisi muda menjadi anggota dewan, mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga tingkat pusat.

Salah satu anak muda yang disiapkan dan didorong partai besutan Susilo Bambang Yudhyono (SBY) ini mewakili suara kaum muda Bumi Etam ialah Irwan. Tak tanggung-tanggung, pria kelahiran Sangkulirang ini diusung menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPR RI daerah pemilihan (dapil) Kaltim.

Langkah Partai Demokrat mendongkrak Irwan sebagai caleg DPR RI, tentunya bukan keputusan yang salah. Ya, alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas Samarinda ini adalah tokoh muda berprestasi asal Kutai Timur.

Irwan menjadi sosok muda yang pernah membawa atlet muda Arum Jeram Kutim mewakili Indonesia pada tahun 2017. Tak hanya itu, ia bahkan menjadi pelopor yang menggugat kebijakan Presiden Joko Widodo lewat Mahkama Konstitusi (MK) tentang penangguhan dana transfer pusat ke daerah di tahun 2018 ini.

Sehingga layak Partai Demokrat memberikannya nomor urut 1 sebagai caleg DPR RI. Sejak memutuskan terjun ke dunia politik akhir tahun 2017 lalu, Irwan sendiri memang memiliki pandangan besar tentang pentingnya peran kaum muda dalam dunia politik.

Ia bahkan menggalakan hastang Muda Adalah Kekuatan. Irwan percaya, partisipasi kaum muda atau yang mungkin lebih dikenal saat ini dengan sebutan generasi milineal menjadi salah satu kunci mendorong akselerasi pembangunan di Indonesia, terutama upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di tanah Benua Etam.

Pria yang juga menjabat Ketua Forum Peduli Karst Kutai Timur ini bercerita, salah satu alasan di balik keputusan besarnya terjun ke dunia politik karena dia memandang ada yang salah dengan politik lokal maupun politik nasional. Di antaranya tumbuh suburnya apatisme masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam politik.

Indikator yang bisa digunakan untuk itu yakni masih tingginya angka golongan putih (golput) disetiap perhelatan pesta demokrasi, baik dalam pemilihan kepala daerah maupun pileg dan pemilihan presiden (pilpres). Seperti pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2018, angka golput mencapai 41 persen.

Bahkan pasalnya, kebanyakan di antara mereka yang jadi peyumbang golput itu adalah para generasi milineal. Irwan menilai, minimnya partisipasi kaum muda bisa dikarenakan mereka kecewa secara politik, terutama karena minimnya tokoh muda yang berpartisipasi di dunia politik.

“Anak muda harus menjadi agen perubahan bukan pelopor kebodohan dalam stagnasi berpikir dan bertindak. Mari kita mempelopori politik gagasan positif dan memperjuangkannya dalam kancah politik secara profesional. Anak muda harus menghindari politik uang dan politik pragmatis,” tutur Irwan serasa menyerukan pentingnya partisipasi politik kaum muda.

Irwan sendiri menyadari, untuk bisa mewakili suara generasi milineal di Senayan tidaklah mudah. Terlebih lagi pada pileg kali, terutama di dapil Kaltim, hampir semua petahana kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Bahkan beberapa di antara mereka adalah tokoh tua yang dinilai masih memiliki pengaruh.

Kendati demikian, Irwan yakin jika generasi milineal mau menyuarakan kekecewaan politiknya dengan mendorong tokoh muda seperti dirinya, kalangan anak muda ke depan akan bisa bersuara banyak di kanca perpolitikan. Dengan demikian, aspirasi dan kreatifitas anak muda akan bisa berbicara banyak pula dalam membangun bangsa dan utamanya masyarakat Kaltim.

“Butuh kesadaran berbangsa untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada politik sebagai jembatan kesejahteraan mereka. Maka wajib adanya generasi politik baru yang menciptakan kembali kebajikan politik (reinventing political virtue). Jika tidak, maka rakyat akan meninggalkan politik itu sendiri,” ucap Ketua Nasional CAKRA AHY ini.

Irwan sendiri memiliki optimisme besar pada pileg 2019 ini, di mana generasi milineal bisa berpartisipasi mendorong perubahan politik. Karena Irwan percaya mulai dari perkotaan hingga ke pelosok desa, semua anak muda sedang bersemangatnya menghadirkan perubahan diberbagai bidang pembangunan.

“Saya membaca di dapil Kaltim, semua generasi milineal menginginkan perubahan. Dan itu terjadi disemua desa-desa di Kaltim. Walaupun saya baru di dunia politik, tapi semaksimal yang saya bisa, saya akan berbuat yang terbaik untuk Kaltim, begitupun dalam menyuarakan aspirasi generasi milineal,” ucap politisi muda Partai Demokrat ini.

Sebagai gambaran keresahannya terhadap harapan masyarakat akan pentingnya sebuah perubahan di Kaltim, Irwan menggambarkan dalam baik kalimat bertemakan Reinventing Political Virtue.

“Bertemu dengan masyarakat beberapa hari ini di mana mata ketemu mata, wajah berhadap wajah-wajah, kulit bersentuh kulit. Ada kekecewaan teramat dalam yang membuncah dalam kalimat demi kalimat yang keluar dari curahan hati mereka, sebuah kemarahan yang terpendam begitu lama tapi terpercik dengan kedatanganku sebagai politisi.

Aku tak membela diri, walau aku tak merasa seperti yang mereka katakan justru kemudian aku merenungi serta meyakini bahwa ada sesuatu kesalahan besar terjadi dalam proses politik lokal maupun nasional saat ini,” tutur Irwan. (drh)

Sumber, http://bontang.prokal.co