Terkait pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) “Bahwa infrastruktur jaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dulunya direncanakan, dipersiapkan, dialokasikan anggarannya dan dimulai dibangun. Sehingga banyak yang tinggal dan sudah 70 persen bahkan tinggal 90 persen tinggal gunting pita. Setahun gunting pita kira-kira masuk akal nggak?”. Kurang lebih begitu penyampaian yang disampaikan Ketum AHY saat Rapimnas Partai Demokrat di JCC Jakarta, minggu kemarin.

Sangat jelas konteksnya. AHY mengatakan. “Ya kita nggak perlu juga diapresiasi, tapi jangan mengatakan, ini kehebatan kita, satu tahun gunting pita”. Ujar Ketum Ahy. Terkesan dipaksa. Adian Napitulu menggiring isu pada sekedar rumus tambah-tambahan matematika terkait proyek infrastruktur Jokowi dibanding SBY.

Itu sebenarnya bukti bahwa Adian tak paham esensi perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan berjangka pendek, menengah dan panjang dalam bernegara.
Kelemahan literasi Adian mendorong pesan moral yang disampaikan AHY menjadi kabur dan malah dialihkan perbandingan infrastruktur Jokowi dan SBY saat berkuasa. Sayangnya lagi Adian bicara pembangunan infrastruktur, tapi hanya bicara hasil akhir. Dia lupa bahwa infrastruktur di era Jokowi dilaksanakan berdasarkan sebagian besar perencanaan yang tuntas dan sudah dimulai saat pemerintahan sebelumnya berakhir.
Perpres No 48 tahun 2014 perubahan Perpres 32 tahun 2011 tentang Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 telah meletakkan dasar blue print pembangunan ekonomi Indonesia. Adian abaikan itu, padahal dia sangat tahu Jokowi, hanya tinggal melanjutkan. Bu Sri Mulyani mengkonfirmasi itu. Banyak yang bilang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasaan Pembangunan Ekonomi Indonesia) hanya ganti nama.

Sepanjang 2011 dan 2014, ada 545 proyek bernilai 1.299 triliun yang tuntas dan pada akhir pemerintahan SBY. Ada 132 proyek di ground breaking dengan nilai proyek Rp 443,5. Itu artinya proyek itu sudah selesai perencanaan, pembebasan lahan tinggal pembangunan fisik, yang juga sudah mencapai 70 persen sampai 90 persen. Hampir selesai, tinggal gunting pita. Misalnya tahun 2015, ada Tol Cipali, Waduk Jati Gede, dan Jembatan Merah Putih Ambon. Dan masih banyak lainnya. Itu pointnya.

MP3EI memang merentangkan pembangunan di 2011 sampai 2025. Ada 6 koridor utama dalam bidang ekonomi yang dibuat. Pertama, ada 65 proyek di koridor Sumatera dengan nilai Rp 134 triliun. Kedua, 102 proyek di koridor Jawa dengan nilai Rp 309 triliun. Ketiga, 94 proyek di koridor Kalimantan dengan nilai Rp 177 triliun. Keempat, 50 proyek di koridor Sulawesi dengan nilai Rp 69 triliun. Kelima, 33 proyek di koridor Bali, Nusatenggara dengan nilai Rp 53 triliun. Terakhir, 36 proyek di koridor Papua dan Maluku dengan nilai Rp 108 triliun.

Kalau Adian hendak membandingkan capaian kekuasaan. Ya harus adil sejak pikiran. Jangan cuma terkait infrastruktur itu yang dibandingkan. Besaran utang Negara, penurunan angka kemiskinan, pendapatan per-kapita, pertumbuhan ekonomi, penurunan angka pengangguran dan indeks Demokrasi. Itu namanya perbandingan kekuasaan.
Rasio utang, angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi

Saya mau ambil tiga saja dari perbandingan itu. Pertama, besaran utang negara. Rasio utang terhadap Produk Domistik Bruto (PDB) Indonesia paling rendah antar Negara G20 di jaman bapak SBY. Di era SBY berhasil menurunkan rasio utang menjadi 24,7 persen terhadap PDB. Saat ini 8 tahun utang negara sudah mencapai 7.163 T dari terakhir jaman SBY 2.608 T.

Kedua, penurunan angka kemiskinan. Ada 8.600.000 penduduk Indonesia di masa 2004-2014 keluar dari kemiskinan. Kemiskinan turun 5,8 persen dari 16,7 persen menjadi 10,9 persen. Bandingkan saja dengan sekarang selama 8 tahun sejak 2014. Kemiskinan hanya turun 1,1 persen. Aartinya dari tahun 2014 sebesar 10,9 persen hanya turun ke 9,8 persen. Kecil sekali penurunan angkanya. Tapi yang diglorifikasi 1 digitnya.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi. Selama 10 tahun bapak SBY meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 3,5 kali lipat yaitu rata-rata 6-7 persen, PDB naik 350 persen dari USD256,84 miliar menjadi USD890,81 miliar. Selama 8 tahun pemerintahan Jokowi baru naik 1,5 kali lipat USD890,81 miliar menjadi USD1.190 miliar.

Masih banyak perbandingan kekuasaan lainnya, tapi bukan itu fokus masalah yang menjadi perdebatannya, saya sampaikan bahwa pesan moral yang ingin disampaikan Ketum AHY terkait satu tahun gunting pita itu adalah bahwa pembangunan ekonomi Indonesia itu berkelanjutan, termasuk nanti pemerintahan pasca Jokowi akan melanjutkan pembangunan di masa pemerintahan Jokowi yang belum selesai. Tabik.

Dr. H. Irwan Fecho